Biasanya
sepi itu selalu terisi oleh nyata. Biasanya sendiri itu tertemani oleh syair
pohon kelapa, yang melamabai syahdu di samping jembatan krumbang. Senyum itu
kadang ketir oleh kenangan yang lembut, Selembut gerimis dipagi hari kala ku mengayuh
sepeda berangkat sekolah bersamanya. Embun yang terkenang indahnya hidup
dimalam tadi, hingga menetes
basah sampai keujung daun merambat ke pipi
pagi ini.
Singgah
??? ia tak hanya asal singgah disini. dia tak asal datang mengundang senyum
sejati ini. Bibirnya tak bersuara hanya merekah senyum. Matanya bersinar,
enggan menyapa sedih dalam dirinya. Tidak akan seorangpun berpaling
meninggalkan indahnya itu. Demikian juga aku.