Sabtu, 15 Juni 2013

FLY me to your heart AGAIN

Terimakasih, Cinta




Biarkan dia datang seperti matahari, dan biarlah dia pergi seperti hujan….
Bersinar, Menetes….Pelangi akan menjadi kenangan.


Para mahasiswa mulai berlarian atas guyuran rinai tangis langit pada kolopak bumi di sore ini. Hujan  telah  memanjakan sebuah petir yang tidak terlalu dahsyat untuk ditakuti. Semua berlarian, tapi tidak untuk Aku yang pecinta gerimis. Aku tengah asyik dalam buaian indahnya percikan air yang seperti mimpi ini. Kujatuhkan hati di sini untuk cerita musim hujan yang tak terlupakan. Ia telah berlalu, Ia mungkin tidak akan kembali. Semua yang akan pergi akan terhapus, tapi segala yang terhapus kan membekas dalam hati untuk tetap terkenang. Kenangan itu kadang tertanggapi dengan baik, kadang dengan tangis.

Aku lihat dalam-dalam kejauhan hati yang masih terbit difuknya, tapi tak pasti akan terbenam sampai kapan. Bulan bersinar yang telah menjadi kenangan itu  seolah baru tadi pagi terjadi. Di sana masih ada hari jum’at yang cerah, hari yang mengawali caraku untuk tetap berada di sampingnya. Hari lalu yang terus mengintai masa kini, hingga aku merasa dia masih melekat di sisiku. Berdua duduk di halte menembus impian untuk tetap berada di dekatnya. Aku tidak pernah peduli siapa lelaki yang tengah duduk di sampingku sambil menjilat es krim  waktu itu. Dia hanya manusia yang sama, aku tenang dan nyaman di sampingnaya.
Sudah lama berlalu, sungguh mengenang itu bagaikan ibu yang tengah kesepian merindukan keramaian rumah akan teriakan anak-anaknya. Dari sudut ruangan aku masih bisa melihat dia tersenyum, tapi tidak mencintaiku lagi. dari atap ruangan, aku masih bisa berkaca, betapa rendahnya aku yang tidak terpilih. Dari lantai ruangan yang ku injak, aku bisa intropeksi diri, aku pernah mencampakkan seseorang sama seperti ini.  

“  Aku tidak mau memantabkan hati pada sesuatu yang tidak pasti  “

Hanya sebuah kalimat ajaib itu yang mengilhami, betapa berharga kenangan yang akan aku tinggal melangkah nanti. Sebutan yang tak pernah aku dengar dari mulutnya yang akrab, telah ia berikan untuk gadis lain yang ku yakini telah ada dalam hatinya. Aku cemburu, tapi aku tahu aku yang bersalah, Memaksanya untuk tetap berada di sampingku yang tidak pernah mantab untuk di cintainya.
Di tengah rinai gerimis yang indah, aku menulis sebait rindu dalam hatiku….betapa sejuk kenangan yang bertolak belakang anggap itu. Aku bisa membacanya barusan. Mengintai beberapa sikap yang ia berikan kepada kaumku. Semua tidak ada yang istimewa, karena aku tidak jauh berbeda dari mereka. Tapi Semua bagiku hal yang istimewa, walau itu hanya duduk di halte sambil makan es krim, bernyanyi di tengah hujan. Dulu aku merasakan itu adalah cinta, karena setiap lelaki yang mencintaiku memperlakukanku seperti itu. Untung masih ingat, bahwa setiap manusia itu berbeda.

Terbangkan aku ke hatimu, cinta yang pasti jangan menjadi kenangan
Terbangkan aku, agar aku tidak selalu merasa takut kau akan pergi..
Jika dulu aku pernah dihatimu, fly me to your heart again


Cerita jatuh cinta, saat itu Aku menunggunya, seolah tempat yang bernama Halte itu adalah tempat paling istimewa. Kita makan es krim bersama, kita bercerita dengan tawa. Ketika aku melihat es krim itu jatuh ke bajunya, aku mendengaar hatiku saat itu juga jatuh padanya. Dan aku menyimpannya desetiap memoriku, rinduku, dan malam-malam panjang penantianku, entah sampai kapan.
Cerita hujan saat itu, mata kita bersinar seiring hatiku. Kita berteriak dan bernyanyi seperti orang yang jatuh cinta. aku membangun yakin untuk tetap di sisinya, membuat hidup ini mudah untuk memeluknya, tapi....mimpi yang kita punya tak sama, berdosa jika aku memaksanya.
Cerita akhir, aku bisa membaca itu sudah menjauh..kita mandi air hangat, bernyanyi dan berpose di setiap jalan indah. Tetap aku masih merasakan dia adalah milikku, yang tak terungkap. kurasakan lagu yang dia nyanyikan hanya kebetulan, status kekasih yang pernah terjalin itu sudah tidak bisa di selamatkan lagi, tapi tidak cinta ini.


Hari ini aku mengerti, kenapa dia tidak ingin kembali…karena itu bukan cinta. Aku bisa mengerti kenapa dia tidak pernah berkata “ AKU MENCINTAIMU “ karena semua yang dia cari tidak ada padaku. Untukku…Lilin akan tetap ikhlas, Ia tidak akan menyalahkan api yang mampu menjadikannya bersahaja telah menerangi kegelapan, walau membakar diri sendiri.

Masih bisa berharap pada ROOB_ku , bahwa Cinta akan tetap jatuh bak sebuah Hujan. Semua akan melangkah bersama waktu, semua akan terkubur dan terkenang. Dan semua yang bernama cinta akan pergi dengan kata TERIMAKASIH, dan datang dengan kata yang tidak bisa di ungkapkan seperti angin pada laut…tapi membuktikannya dengan Ombak, seperti cinta ini  ^_^

Sabtu, 20 April 2013

Terinspirasi dari Remaja_remaja di Masa kecilku ( potongan dari Novelku " GADIS KAMBING " )


Hayalan Tinggi

Siti Asiyah

Betapa indahnya lamunanku tadi. Betapa indah jika itu terjadi. Sangat indah sekali jika wanita bisa seperti itu. Tapi inilah aku dan kodratku. Mengusik hidup yang sempit dan penurut itu cukup dengan mimpi. Tapi aku yakin dalam kesempitan ini ada keluasan hati ketika aku berikhlas. Aku tidak punya kaki yang kuat untuk berjalan sampai keujung dunia, tapi aku punya banyak jalan untuk menginjakkan pengetahuanku sampai keujung dunia. Aku bukan orang pintar dan cerdas untuk menjawab setiap pertanyaan orang yang paling pintar, tapi aku orang yang berusaha mencari jawaban akan hal itu.




        Pagi itu suara teriakan-teriakan para pelajar MTs Al-Ma'arif Pasirian terdengar seperti kandang bebek dibelakang rumah. Aku lihat sisi kananku si Yunus berdandan ala Roy jordy idolanya, yang konon Ceritanya sering muncul di majalah Remaja tahun 1998. Sisi kiriku ada ali yang jojon style, dengan celana ketinggian sampai keperut, ia berpawakan luwes dan bawaannya bawel jika diajak diskusi.
“ Gimana sia, penampilanku hari ini ? "tanya yunus sambil cengir-cengir menggoda
“ Wes, lumayan, !" jawabku santai, karna sudah kenyangan setiap hari dengan pertanyaan sama.
“ Asyek ! keluh yunus dengan bangga
“ Lumayan ngganteng, Nus. Tapi lebih ganteng kamu biasa-biasa !” cetus si Ali
“ Iri ya ? kepingin ya ?” jawab yunus tidak mau kalah.
“ Lahhhh… sok gaya, rambut keriting bagaikan kebo kebanting-banting dibilang mirip roy jordy. Tangi-tangi.. !!!!"
“ dari pada kayak jojon, ? rambut potong batok , celananya kebesaran sampek diperut ?"
          Aku yang mendengar pertengkaran itu langsung ingin menghindar. tapi seperti kesangkut jemuaran disamping rumah. Aku tidak bisa melangkah sampai terjatuh, karena Ali menarik ujung jilbab belakang yang ku pakai.
GUBRAKKKK !!! Hampir semua siswa yang mengoceh didepan koridor terdiam sedetik, kemudian dilanjutkan tertawa diatas penderitaan pantatku menghantam lantai.
Hahahahahaha, !!! Ali dan yunus seketika lupa atas pertengkarannya.
          Lupakan masalah jatuh dan jilbab miring gara-gara tertarik tangan Ali sontoloyo yang jojon style. Seperti biasa ketika aku pulang sekolah, aku duduk diatas sepeda miniku, sambil tangan kiri berpegang pada pagar dan yang kanan memegang setir. Perbuatan seperti itu sebenarnya hanya untuk menanti seorang yang tersenyum. Senyumnya semerbak jika itu adalah sebuah bunga, dan matanya seperti pedang yang siap menggores hatiku. Dia Adalah Kak Danil Anak KELAS 3 MAN Lumajang, yang setiap hari jum’at sore mengajar Pramuka disekolahanku. Wajahnya ganteng. Dia itu selalu tersenyum padaku, tapi langsung pergi hanya membalas senyum. Sungkan, tapi sedikit kepedean aku sapa dia basa-basi tiap hari.
“ Kak Danil, nanti masuk Pramuka ? “ tanyaku sambil mata tetap mengikuti langkahnya
“ iya….. yukkk,! ” Jawabnya, dan kemudian meninggalkanku begitu saja.
          Seolah-olah agar tidak ada kecurigaan dengan keadaanku dan sepedaku termangu di depan pagar, Akhirnya hanya menganggap semua secara kebetulan. Tidak jarang aku kecewa dengan respon cuek yang Kak Danil berikan padaku, dan menganggapnya semua biasa.
Tidak ada keputusasaan untukku saat itu. Cinta monyet itu selalu menggangu dalam pikiranku sepanjang kilometer tidak terhingga ( hahaha..lebay ). Sampai mendengar dia orang yang tidak suka berpacaranpun aku tetap ingin mendekatinya. Orangnya ramah dan sangat enak diajak bicara. Teman-teman sering bertanya hal-hal bersifat kepramukaan, sedangkan aku yang goblok, punya otak yang pas-pasan alias terpaksa ikut ekstrakurikuler ini semata hanya ingin bertemu Kak Danil tercinta. Sering juga aku Tanya hal yang nggak penting, tapi tetap dia jawab asal di dalam kelas. Dan ketika pertanyaa nggak penting itu muncul, seisi lapangan yang terdiri 5 barisan anak kelas 1A tertawa sambil menatapku sebagai jenaka.

~~0~~

                                                             
Jum’at Sore hari, Aku sangat puas dan cukup lelah mengikuti pramuka sore ini. Tapi ada kejanggalan dengan kak Danil, matanya tampak berkaca-kaca, Wajahnya kurang terlihat berseri-seri dan memaksakan diri untuk tertawa. Aku juga merasa sangat ada yang janggal dalam hatiku sore ini. Dalam jam akhir pertemuan yang dihabiskan dengan nyanyi-nyanyi, terjadi sesuatu yang sangat aku tolak dalam hati. Kak Danil menutup acara mengajarnya dengan kata-kata yang menyakitkan.
“ adik adiku…!” panggil Kak Danil Pembina pramuka kita, dan Serentak kami menjawab seperti biasanya…“ Iya kakakku…!”
“ Insya ALLAH, ini adalah pertemuan kita terakhir. Hari senin kakak akan mengikuti EBTANAS…”
aku terkejut dengan kata “Pertemuan terakhir “ tapi masih berharap bisa bertemu selalu dengannya karena ada kata “Insya ALLAH “ di belakang kalimat itu. Aku Hampir menangis tapi masih tertahan .
“ jika dari awal hingga akhir ada kata atau perbuatan yang menyinggung Adik-adikku tersayang, kakak minta Maaf. Sebelum kita tutup dengan do’a, ada pertanyaan untuk materi kita tadi ?”
Aku yang berdiri dibarisan terakhir tiba-tiba sudah tidak tahan meneteskan airmata. Air mata itu jatuh dan menyakitkan hatiku yang terdalam. Aku hanya Siti Asiyah masih usia 13 tahun. Aku sudah tahu rasanya jatuh cinta, iya, aku jatuh cinta pada Kak Danil sang Pembina Pramuka. Pada linangan airmata ini aku senjakan cinta itu dengan satu permintaan, Jika dia terbit kembali esok pagi, Aku harus bertemu orang yang seperti dia. Aku merunduk seperti terasing mendengar kata-kata pamit itu. Aku serasa sedang mimpi buruk dan ingin segera bangun. Aku ingin pingsan ditengah lapangan, tapi apalah daya…sejak kecil aku tidak pernah merasakan yang namanya semaput.
“ Saya, kak !” Teman kita Rita mengangkat tangannya untuk bertanya.
“ Iya, silahkan !”
“ Setelah Ebtanas Kak Danil apa tidak ingin mengajar Pramuka di sini lagi ?”
Kakak mau Kuliah di Malang, InsyaALLAH. Do’akan saja kita masih bisa bertemu lagi…!”
Jawab Kak Danil dengan tersenyum yakin.
“ AMIN !!” kata adalah do’a. aku masih berharap untuk bertemu kembali dengan sosok itu. Aku ucapkan kata “AAmiin“ sendiri dengan keras. Teman-teman menoleh kearahku, begitu juga kak Danil. mereka heran melihat aku menangis. Semakin semua orang melihatku, aku semakin keras menangis sambil menutup mata dengan kedua telapak tanganku. Perlahan Kak Danil menghampiriku, kemudian aku rasakan kedua tangan lembutnya mengelus kepalaku yang terbalut jilbab. Tiba-tiba... ingat ketika pertama ikut pramuka, dia adalah orang yang paling menyebalkan. Kak Danil memarahiku habis-habisan tanpa sebab. Dia menyuruhku sendirian didalam kelas sambil menutup mata dengan dasi pramuka. selama dua jam dia membuatku kesepian dengan mata buta.

“ Kamu tahu tidak, apa kesalahanmu, ?”
“ tidak, Kak ?” jawabku
“ BRAKKK..!” Kak.Danil memukul Meja dengan buku. Seketika wajahku memerah dan ingin menangis karena kaget.
“ Tutup matamu dengan Asduk, !” Teriak Kak Danil
Aku yang ketakutan langsung menutup mata. Airmataku ingin menetes, tapi tertahan karena aku belum merasa bersalah apa-apa.
“ Renungkan apa kesalahanmu. Jika sudah ingat buka penutup matamu, kemudian pergi kelapangan, dan katakan apa kesalahnmu dengan suara keras, !”
“ iya, kak !” jawabku dengan gemetar.
Hatiku bertanya-tanya, dan aku sangat membenci cara Kak Danil mengingatkan kesalahanku. Aku ingat-ingat lagi kejadian awal, mulai aku berangkat ke sekolah, jam pertama masuk pramuka, hingga masuk kelas eksekusi ini
"Apakah karena aku, yunus, ali bernyanyi sangat keras di belakang ? oh, tidak mungkin. Kalau itu kesalahannya, mana mungkin aku terhukum sendiri ?. apa karena aku salah naruh sepeda ? ah, makin tidak mungkin. " ! keluhku, dan aku mulai panik

 " Lalu apa kesalahanku ?"

 Aku jingkrak-jingkrak sedikit ketakutan sendiri seperti seperti orang buta. Selama satu jam lebih aku berdiri dan belum menemukan jawaban. Akhirnya seperti biasanya, nangis solusi satu-satunya yang aku dapatkan.
“ Emak eeeee….aku nggak mau ikut Pramuka lagi !” rengekku dalam sepinya kelas dan butanya mata kala itu.

Setelah dua jam, Kak Danil datang sambil membentakku hingga kaget.

“ Sudah tahu belum ? sudah ingat belum ? kalau belum, ayo keluar..!!!”
Kak Danil menarik tanganku. Aku gemetar, dan jantungku berdebar. Suara itu Kasar karena membentakku, tapi tangan itu lembut seperti sedang membimbingku. Sesampainya di tengah halaman, tidak ada suara apapun. Serasa hanya kita berdua saat itu. Kak Danil menyuruhku jongkok, Kemudia mengguyurku dengan air. Badanku serasa dingin sekali. Tangisku semakin terisak. Suasana hening. Hatiku tetap berkata 
“ salahku apa, sih ?”
“ Kamu sudah bikin aku kecewa Asiyah. Dua jam kakak memberimu kesempatan untuk mengingatnya, tapi masih saja kamu tidak ingat. Sekarang biarkan teman-temanmu memberi hukuman untuk mengingatkanmu…buka Asduknya !”
Mataku perih, dan asduk itu basah karena guyuran air dan tangisku.
Surprise..!!!  aku terkejut, Ternyata teman-teman berbaris memutari aku sembari bernyanyi “Happy birth day to you.. Happy birth day to you…!”. Sambil menangis dan badan basah kuyup, hatiku juga berteriak kegelian “ Waduh, arek ndeso dinyanyekno bahasa inggris, kuk lucu ( aduh, anak desa dinyayikan Bahasa inggris, kok lucu ) !”
Aku terharu. Aku malu.Tidak berani Aku menatap Kak Danil sama sekali, tapi aku hanya mendengarkan satu kalimat indah untukku darinya.
“ Kesalahmu adalah…kamu tidak tahu bahwa ini adalah hari ulang tahunmu…Selamat Ulang tahun, Asiyah !”
Itulah jatuh cinta pertamaku. Dia Kak Danil yang sekarang ingin perg,  padahal aku tidak tahu dimana rumahnya. Yang sekarang sedang mengelus-elus kepalaku, karena merasa kehilangannya. 
Kak Danil tetap mengelus kepalaku. Sedikit-sedikit aku membuka mataku, tapi masih tidak berani menatap matanya. Aku hanya bisa berani membaca Nama “ Mukhammad Danil Abror “ yang menempel diatas saku seragam Pramukanya.



~0~

( 2 tahun kemudian )

          Hari minggu Aku dan Emakku membawa kambing kesungai besar dekat sawah, yang berjarak kira-kira 500 meter dari rumah. Aku ajak sekalian teman sekaligus tetanggaku -yunus dan Ali- untuk menyemarakkan jeritanku saat main air pancuran disana. Seperti biasa, aku membawa sepotong kayu kecil untuk memukul kambing yang bandel, lalu berjalan di belakang anak kambing yang mengikuti langkah induknya, sedangkan emak menarik tali pengikat induk kambing, dan berjalan di depan induk sambil membawa cucian dalam bak di atas kepala.
“ Ayo cepetan, selak langite panas (Ayo cepat, keburu hari panas) !” teriak emak

 Kita melewati pematangan sawah menuju sungai kepoh, yang ditepinya ada pohon bendo. Kata emakku, karena disetiap tepi sungai yang ada didesaku terdapat pohon bendo, akhirnya desa kami dinamakan Kalibendo, yang artinya sungai ada pohon Bendonya. Dari jalan tengah sawah yang luas, kami juga bisa menikmati indahnya pemandangan pohon kelapa dan gunung semeru yang mengeluarkan asap.
“ Disini senang..disana senang..dimana-mana hatiku senang “ Teriak Ali menyanyi

“ oweeeeyooo !!” saut yunus
Aku dan emakku hanya tertawa menyaksikan aksi dua raja narsis itu. Para petani yang sawahnya kita lewati juga merasakan kebahagiaan kami. Desaku sangat indah sekali, aku bisa merasakan udara yang sejuk tanpa polusi, dan hangatnya mentari yang belum terbebani panasnya asap. Segarnya air sungai, Pemanjat legen produksi gula merah, juga adalah termasuk pemandangan indah yang mengajarkan kita arti semangat.
          Hatiku mulai terpecah dan hancur kembali, mungkin hanya 1 menit. Teringat akan kak Danil Pembina pramuka kita, yang sudah tidak terasa berpisah dengan kami 2 tahun. Aku sekarang sudah duduk dikelas tiga SMP. Sebenarnya sudah seharusnya aku jatuh cinta lagi, Tapi dalam pikiran aku ingin pacaran ketika SMA nanti, dan tentunya masih bermimpi punya pacar seperti Kak Danil.
“ Disini senang, disana senang, dimana-mana hatiku senang…!!   

Teriakan kedua temanku itu membangunkan aku dari lamunan dan sakit hatiku. Untuk menghibur hati akhirnya aku ikut berteriak
“ la..la..la..la..la..la “!!
Ditengah teriakan itu aku berpapasan dengan ibu-ibu setengah baya, Beliau menggendong bayi sekisar usianya 3 tahunan. Diatas kepalanya tertumpu beratnya cucian dalam bak. Sambil berjalan membawa sebuah kayu kecil pemukul anak-anak kambing, aku tiba-tiba melamun. Dimataku tersenyum Kak.danil, Yunus, dan Ali. Mereka sedang susah dan bahagia bersamaku dalam lamunan itu. Yunus memberiku uang jajan dan merawat anak-anakku, sedangkan Ali membersikan rumah dan memasak, kemudian Kak Danil tersenyum dan menggandeng tanganku. Sekilas aku berteriak dalam hati sambil tersenyum “ Wah, Andaikata aku nanti punya tiga suami....Aku ndak akan seperti Ibu itu…dan ndak juga Seperti Emak yang tiap hari pergi kesawah, masakin makanan buat Aku dan Adik-adik….hihihihi, !” ( Dasar malas ! )
Hahhhh..Hmmmmm !  
Aku tersenyum, tapi tidak lama aku bangun dari hayalan tingkat tinggi yang tidak ada didunia nyata. Tiba-tiba aku terkejut karena aku sudah jauh dibelakang rombongan Emak dan bala tentaranya.

“ Tunggu…Tunggu !!!” Terikku

Sesampainya disungai, Aku, yunus, dan Ali seperti biasanya bermain air sambil mengguyur anak-anak kambing, sedangkan Emak mencuci pakaian lalu menjemurnya ditali, yang satu ujungnya diikatkan ke pohon kelapa dan ujung satunya diikatkan ke pohon waru. Airnya sungai kepoh jernih dan besar. Bebatuan ditengahnya besar-besar, biasanya digunakan untuk alas sholat dzuhur para petani yang kerja dari pagi sampai menjelang Maghrib.
          Betapa indahnya lamunanku tadi. Betapa indah jika itu terjadi. Sangat indah sekali jika wanita bisa seperti itu. Tapi inilah aku dan kodratku. Mengusik hidup yang sempit dan penurut itu cukup dengan mimpi. Tapi aku yakin dalam kesempitan ini ada keluasan hati ketika aku berikhlas. Aku tidak punya kaki yang kuat untuk berjalan sampai keujung dunia, tapi aku punya banyak jalan untuk menginjakkan pengetahuanku sampai keujung dunia. Aku bukan orang pintar dan cerdas untuk menjawab setiap pertanyaan orang yang paling pintar, tapi aku orang yang berusaha mencari jawaban akan hal itu.
           Ketika aku menatap Emak yang sedang mengikat para kambing lalu duduk santai sambil menunggu jemuran kering, aku yakin Emak terkadang juga merasa jenuh dan letih, Mengomel-ngomel tiap pagi untuk memaksa Anak-anaknya sarapan, mengayuh sepeda menuju sawah bersama bapak, dan setiap hari minggu mengajakku memandikan kambing Agar liburku bermanfaat.
Adakah difikirannya untuk poliandri ? bukan poligami yang mengumpulkan banyak istri untuk menghabiskan harta bendanya, tapi untuk pelengkap kebutuhannya agar tidak belepotan seperti ini. Diam-diam aku mendekatinya dan bertanya…
“ Emak ndak kepingin punya suami lagi ?
Seketika emak menoleh kearahku dengan sedikit melotot
“ hushhh, ngomong opo toh kui (hush, bicara apa itu ) ?
Aku heran dan penasran. Apakah cinta itu mampu membuat seorang Emak yang cerewet ini setia kepada Bapak.
“ Apa Emak ndak bosen, tiap hari kerja, merawat kita, dan jalan-jalan setiap harinya kesawah ?
Sambil melihat dan mendengar jeritan Yunus dan Ali mandi di pancuran, aku tetap terjaga dari pikiran yang merasa kurang adil terhadap Emak
“ kalau bosen...mungkin Emak sudah khilaf membuang kalian yang nakal dan teledor itu kekolong jembatan kota !” cetus Emak.
“ Hah ?” aku terkejut.
“ Kalau dari dulu Emak mikir capek, Emak tidak akan menikah dengan Bapak !”
“ Wah..!” Aku terkagum-kagum.
“ kalau Emak ndak pergi kesawah, siapa yang akan bantu Bapak untuk biaya Sekolah kalian..?”
“ ngunu toh ( gitu toh ) ?” keluhku, tapi masih cengar cengir
Wes, ndak usah mikir macem-macem. Emak menyekolahkan kalian supaya kalian bisa pinter, ndak seperti Emak dan Bapak yang sekolah Cuma tamat SD….paling penting kalian tahu atau  mengerti Aqidah Akhlaq dan Agama…!!”
Aku tersentuh sedikit. Seketika pikiran untuk Poliandri buyar. Apakah cinta itu seperti Emak , Atau ketika aku menangis melihat Kak Danil yang pamitan untuk tidak menjadi Pembina Pramuka ?
Kegalauan itu muncul disela-sela hayalan dan kenyataan. Emak yang cerewet dan kadang memukulku dengan kemucing karena tidak mengaji, ternyata memilki sebuah keyakinan besar dalam hidupnya yang kecil. Keyakinan jika kita –aku dan Adik-adikku - mampu untuk lebih baik darinya, keyakinan untuk tidak menyerah sampai kapanpun. Jika tidak yakin, mungkin beliau sudah membuangku dan adik-adiku ke kolong jembatan kota seperti yang ia katakan barusan. Jika tidak yakin, mungkin dia akan meninggalkan Bapak yang hidupnya biasa-biasa dan mebuatnya bekerja disawah tiap hari. Itulah kerumitan yang namanya CINTA.

Kamis, 14 Maret 2013

UNTUKMU....JODOH CINTAKU




FROM THIS MOMENT ON




From this moment on, I do swear
That I’II Always be there
I’do Give anything and everything

And I’II always care
Through weaknes and strength
Happiness and sorrow, for better, for worse
I’II Love you with every beat of my heart

From this moment on, life has begin
From this moment on, you are the one
Right beside you is where I belong
From this moment on

From this moment, I have been blessed
I live only for you happines
And for your love
I’d give my last breath


From this moment on